Selasa, 29 Juli 2008

HIDUP - WAKTU MENGUBAH SEGALA SESUATU, KECUALI KITA

KITALAH YANG HARUS
MENGUPAYAKAN PERUBAHAN BAGI
DIRI KITA SENDIRI

Ada dua keajaiban dalam kehidupan
kita, yaitu keajaiban sebagai akibat,
dan keajaiban yang menjadi udara
yang kita hirup.


Bila Anda meyakini akan adanya keajabain, maka hanya ada dua cara untuk menjalani hidup ini--yang pertama, mengupayakan pencapaian kualitas hidup ini seolah-olah tidak ada keajaiban bagi Anda, kecuali bila Anda menyebabkan keajaiban itu; dan yang kedua, adalah menikmati hidup seolah-olah segala sesuatu dalam kehidupan ini adalah keajaiban.

Keyakinan yang pertama akan menjadikan anda mengubah nasib, dan yang kedua akan menjadikan Anda mudah bernasib baik.


Walaupun keajaiban itu ada, tetapi
kekuatannya bergantung kepada
keyakinan Anda.


Untuk Anda yang betul-betul meyakini adanya keajaiban—karena keberserahan Anda kepada hukum sebab-akibatnya—akan menjadikan Anda berhak hidup dalam keajaiban.

Tetapi bila Anda meragukan, dan bahkan lebih buruk lagi—menolak adanya keajaiban, ... tidak akan ada keajaiban yang cukup untuk membantu Anda. Karena, bahkan bila keajaiban itu ada dihadapan mata Anda—Anda akan menelantarkanya seperti sepatu usang.



Keajaiban terlahirkan
dari ibu yang disebut ‘kesulitan’
dan ayah yang disebut ‘upaya’.


Tidak ada keajaiban yang diperlukan—bila kita tidak sedang dirundung kesulitan.

Sehingga sebetulnya ukuran keajaiban yang menjadi hak Anda adalah sebanding dengan ukuran kesulitan Anda. Apalagi, telah dikeluarkan jaminan ganda bahwa di balik semua kesulitan—akan ada selalu kemudahan. Dan termasuk dalam jaminan itu, sebuah syarat bahwa keadaan yag tidak Anda sukai itu—tidak akan berubah, bila Anda tidak mengupayakan perubahan.

Maka, melalui linangan air mata itu retakkanlah secarik senyum penuh harap, karena sebetulnya sedang dijanjikan sebuah keajaiban besar bagi Anda.

Namun ingatlah, bahwa pemunculan keajaiban itu sering tertahan oleh tutup batu berat yang hanya bisa terangkat oleh kesungguhan upaya Anda.


Upaya pembebas keajaiban harus
bertenaga besar, dan tenaga itu adalah
keberanian.


Tidak sedikit orang, mungkin juga termasuk kita, yang sebetulnya sudah meyakini bahwa tidak akan datang perubahan nasib bagi seseorang—kecuali bila ia berupaya. Tetapi keyakinan itu hanya akan tampil sebagai ungkapan bijak yang keluar dari bibir yang juga giat memberikan penjelasan mengapa dia masih menunda pelaksanaan dari rencana-rencana bagi keberhasilannya.

Seharusnya seseorang yang yakin adalah seseorang yang berani, karena keyakinan adalah kunci menuju penyerahan. Seharusnya, orang yang betul-betul berserah, tidak lagi memiliki keraguan. Dan tidak adanya keraguan adalah sama dengan keberanian.

Lalu bila Anda sudah lantang menyebut diri Anda seorang yang beriman, ... di manakah Anda tinggalkan keberanian Anda?


Keberanian adalah kekuatan untuk
bertahan sedikit lebih lama.


Sebetulnya setiap pribadi biasa dan rata-rata akan menjadi seorang panglima yang gagah berani—bila saja dia bersedia memaksa dirinya untuk bertahan dalam upayanya—sedikit lebih lama daripada mereka yang paling berani.

Karena kekuatan untuk bertahan itu mudah bagi dia yang sudah terjepit dan tersudut, maka sebetulnya janji akan datangnya keajaiban kepada dia yang berani—adalah sebuah keniscayaan.

Sumber : Mario Teguh, One Million 2nd Chances

Tidak ada komentar: